SELAMAT KUNJUNGI WEBSITE GEREJA KATOLIK STASI MUGOUDA

Titus Pekei Serahkan Sertifikat Noken UNESCO kepada Umat Mugouda

 JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Bertepatan dengan satu abad peradaban Papua, Sabtu (25/10/2025), dua kegiatan dilakukan Titus Pekei Agiyadokii. Selain mengidentifikasi pohon serat kulit kayu (bebi piya) di kampung Mugouda, distrik Tigi, kabupaten Deiyai, Papua Tengah, dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat Noken UNESCO, Minggu (26/10/2025).



Noken dalam bahasa Mee adalah agiya, kata Titus, memiliki makna luar biasa dalam kehidupan sehari-hari. Terilhami dari sejarah kehidupan masyarakatnya, ia melakukan riset panjang hingga menyusun dalam sebuah dokumen untuk kemudian diajukan ke UNESCO melalui kementerian terkait dan sejumlah lembaga di Jakarta. Perjuangannya berhasil. Tanggal 4 Desember 2012, dalam sebuah sidang UNESCO sahkan Noken sebagai warisan budaya tak benda.

Sertifikat pengesahan yang diterimanya dari UNESCO itu diserahkan kepada umat Katolik Mugouda lewat Katekis Alfons Mote. Penyerahannya dilakukan seusai ibadah hari minggu.

“Atas nama Allah bangsa Papua, saya Titus Pekei mewakili UNESCO menyerahkan secara resmi kepada Katekis stasi Santa Maria Fatima Mugouda untuk umat enam komunitas basis (Kombas). Mulai hari ini Katekis Alfons Mote selamat memikul umat Tuhan dari enam Kombas,” kata Titus Pekei.

Berasal dari kampung ini, Titus mengaku perjuangan panjang hingga mengantar Noken diakui dunia di UNESCO tak terlepas dari lika-liku kehidupan semenjak dilahirkan mamanya di kampung Mugouda.

“Saya mengantar penghargaan Noken UNESCO sebagai tanda mata sertifikat noken dunia yang ditetapkan negara-negara anggota UNESCO pada tanggal 4 Desember 2012 di markas Paris Perancis, sekarang telah diterima oleh Katekis bersama umat dan aparat kampung Mugouda disaksikan para pemuda,” tuturnya.

Katekis Mugouda bersama semua umat yang hadir dalam penyerahan sertifikat Noken UNESCO menyambut dengan tangan terbuka seraya mengucapkan terima kasih atas perjuangan membawa Noken sebagai salah satu kearifan lokal orang Papua hingga diakui dunia internasional.

Katekis Alfons Mote menyatakan menerima noken pikiran, noken hati nurani masyarakat Papua. Dalam bahasa daerah, “Dimi agiya, kegepa agiya, ani motega.”

Didampingi kepala kampung Mugouda, Pius Mote mewakili pemerintah daerah berkata, semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama untuk merawat Noken kehidupan.

Sertifikat kapogeiye kouko uwouye makiye ka owapa make mepaa kaa, bebii piya utoo, toyaa, eduu, ukaa, ida utaa epii nidou itoko (sertifikat noken ini datang dari Perancis, pusat UNESCO. Jadi, bahan baku untuk buat noken harus dirawat baik),” ucap Pius.

Harapan senada disampaikan pengurus Mudika atau orang muda Katolik (OMK) stasi Mugouda.

Edepede too etike teeawii yaake, umina duba ko iniya inepa totaa agiyo epii nedou (tidak perlu dahulukan ekonomi semata, tetapi ini kita punya warisan kebudayaan, jadi tolong kita jaga, lindungi dan lestarikan kedepannya),” tuturnya.

Mama Anastasia You, istri (alm) Manfred Mote, S.Fil, mengatakan, dari noken yang biasa mama-mama Papua buat itu turut mencerdaskan banyak mahasiswa-mahasiswi, bahkan sudah menulisnya dalam bentuk skripsi untuk sarjana (S1), tesis untuk magister (S2), dan disertasi untuk doktor (S3).

“Ini semua karena perjuangan panjang dari anak Titus Pekei bisa kerja keras sampai UNESCO sudah akui. Kami orang Papua terutama mama-mama noken Mugouda berterimakasih banyak,” ucapnya.

Bersama ketua-ketua Kombas dan seluruh umat menyaksikan bergemanya Egebeiya, pangkuan Santa Maria Fatima Mugouda.

https://suarapapua.com/2025/10/27/titus-pekei-serahkan-sertifikat-noken-unesco-kepada-umat-mugouda/?fbclid=IwY2xjawN2soFleHRuA2FlbQIxMQABHrEdQTBmobCzSershNGeZviD9iEMVelAVABrOreyamjlb-CAhT6FNQ8kaIUC_aem_5Ok0DbUUJ2Jdg7AgT2bRgA












Share Dokumen : #GKSMNews     #Mugouda

Posting Komentar

0 Komentar