SELAMAT KUNJUNGI WEBSITE GEREJA KATOLIK STASI MUGOUDA

Tokoh Gereja Paniai Ajak Suku Mee Pagari Hidup dari Pengaruh Penghancur ‘Umii Tou Kaboo’


TIMIKA (PAPUA)
 - Tokoh Awam Gereja Katolik Dekanat Paniai, Manfred Chrisantus Mote, S.Fil, mengajak masyarakat Suku Mee untuk senantiasa memagari hidup dari berbagai pengaruh yang bisa menghancurkan tatanan nilai-nilai spiritualitas sebagai “umii tou kaboo” (dasar kehidupan).

“Seiring perkembangan jaman modern dewasa ini, banyak hal-hal baru yang sedang dihadapi oleh orang Mee. Hal-hal itu ada sisi positif, tetapi lebih banyak berdampak negatif. Dan, itu sangat berpengaruh langsung terhadap eksistensi hidup kita saat ini. Kiranya, kita bisa memfilternya dan itu bisa dilakukan jika kita telah memagari hidup dengan memegang erat nilai-nilai spiritualitas adat yang berlaku turun temurun serta ajaran Tuhan sebagaimana kita sebagai warga Gereja,” tuturnya, Selasa (09/08/2011).

Tuntutan jaman memang mengharuskan setiap orang harus berubah. Tetapi, bila tidak punya pegangan, maka akan terombang-ambing di tengah arus modernisasi. Oleh karenanya, kata Manfred, tidak seorangpun dengan sengaja atau tidak, membongkar “pagar hidup” yang sudah diwariskan semenjak dahulu kala dan berlaku kekal dalam kehidupan bermasyarakat Suku Mee.

Ia berharap, Orang Muda Katolik (OMK) sebagai bagian dari komponen masyarakat, harus lebih banyak berperan aktif dalam semua aspek. Berjuang tetap memagari hidup di tengah perubahan jaman yang tak mengenal kompromi.

Ajakan mengenai pentingnya peran kaum muda dalam membangun kehidupan bermasyarakat dan bergereja, sempat disampaikan pula di hadapan peserta Kemah Rohani VII OMK se-Dekanat Paniai di Quasi Paroki Salib Suci Madi, Senin (25/07/2011) lalu.

Dalam pada itu, Manfred menegaskan bahwa amat besar peran kaum muda dalam memandirikan Gereja. Berdasarkan hasil Musyawarah Pastoral (Muspas) III di Obano (26 Februari-4 Maret 2011), umat Katolik menyelami bersama bahwa “Emaawaa-Owaadaa kouko Mee-ka umii tou kaboo”. Karena itu, OMK sebagai bagian dari umat, diharapkan mengambil peran penting dalam memajukan kehidupan rohaniah dan jasmaniah warga masyarakat.

“Orang muda pertama-tama harus berangkat dari Emaawaa dan Owaadaa. Harus ada rumah, harus ada kebun. Itu baru bisa dikatakan Orang Muda Katolik (OMK). OMK yang bisa diandalkan keluarga, kombas, stasi dan paroki,” tandasnya.

Setiap orang muda, pinta Mote, harus pintar memakai dirinya, mengendalikan dirinya, pintar menggunakan anggota tubuhnya. “Jaga kekudusan diri berarti jaga kekudusan Rumah Tuhan. Orang muda harus bersih supaya bisa berbuat sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Jangan bongkar pagar hidup, mee ka umii tou kabo ma eda ma ko tekebai.”

Prihatin terhadap pelbagai persoalan di tengah masyarakat, maka Muspas I tahun 2005 diadakan di Enarotali. Muspas II tahun 2008 di Wakeitei dan Muspas III di Obano tahun 2011. “Sudah tiga kali kita Muspas. Sudah tujuh kali kita Kemroh. Selama inipula sudah banyak terjadi perubahan di tengah kita. Entah positif maupun negatif, keduanya seimbang. Memperjuangkan perubahan yang baik, adalah tugas kita sekarang,” kata Manfred.

Baginya, keterlibatan OMK sangat penting. Tindakan nyata apa yang harus dibuat, adalah pekerjaan besar. Bukan tinggal dibicarakan, melainkan urgen untuk direalisasikan. “Kalau kita mau bertahan, kalau mau lawan arus perkembangan global, maka bekerja adalah kuncinya. Kita semua termasuk OMK dituntut untuk bersaksi dan berkiprah di tengah masyarakat. Jangan tidur-tiduran, OMK harus bangkit dan senantiasa ada di garis depan, dalam setiap aktivitas, termasuk kembangkan usaha mandiri sesuai potensi dan kebutuhan,” tantang Manfred.

Sumber: (Tabloid Jubi)dari www.kabargereja.tk

Posting Komentar

0 Komentar